Beranda | Artikel
Pembelajaran Anak di Rumah dengan Kisah dan Cerita
Minggu, 30 Desember 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Zaen

Pembelajaran Anak di Rumah dengan Kisah dan Cerita adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan tentang cara mendidik anak secara Islami (fiqih pendidikan anak). Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. pada 24 Jumadal Akhirah 1439 H / 12 Maret 2018 M.

Download mp3 kajian sebelumnya: Pembelajaran Anak di Rumah dengan Bimbingan dan Nasihat

Kajian Tentang Pembelajaran Anak di Rumah dengan Kisah dan Cerita

Diantara metode yang sangat bermanfaat dan sangat cocok untuk mendidik adalah kisah dan cerita. Maka dari itu didalam kitab suci kita yaitu Al-Qur’an al-karim Kita akan temukan bahwa sebagian besar isi dari Al-Qur’an adalah kisah. Bahkan satu kisah bisa diulang-ulang dalam beberapa surat Al-Qur’an. Misalnya kisah tentang Nabi Yusuf. Kita bisa temukan bukan hanya didalam surat Yusuf. Didalam surat-surat yang lainnya kita akan temukan kisah Nabi Yusuf tersebut. Juga misalnya Nabi Yunus yaitu Nabi yang dimakan oleh ikan paus. Maka dari itu nama lainnya Nabi Yunus adalah Dzun Nun. Kita akan temukan kisah tentang Dzun Nun atau Nabi Yunus dalam beberapa surat di Al-Qur’an. Kisah tentang Nabi Ibrahim, kisah tentang Nabi Ismail. Jadi Al-Qur’an itu dipenuhi dengan kisah-kisah. Ini menunjukkan bahwasanya kisah itu memiliki efek yang luar biasa. Dan ternyata yang senang cerita bukan hanya anak kecil. Orang yang sudah tua pun juga senang cerita. Kalau yang sudah tua saja senang cerita, apalagi anak kecil.

Ketika kita akan bercerita untuk anak-anak kita, tentu kita harus selektif dalam memilih cerita. Banyak orang tua yang ceritanya kancil mencuri timun. Apakah itu penyebabnya di Indonesia banyak koruptor? Karena ceritanya adalah tentang mencuri terus. Dan bukan hanya tentang mencuri, tapi juga diceritakan bagaimana kelicikannya si kancil, trik si kancil didalam menipu. Akhirnya anak-anak kita jadi pinter menipu karena ceritanya adalah tentang kancil mencuri timun.

Jadi ketika kita akan bercerita kepada anak-anak kita, tentu kita akan memilih cerita dan kisah-kisah yang mendekatkan anak-anak kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan kepada RasulNya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang tua kita dahulu itu termasuk yang rajin untuk bercerita. Apalagi menjelang tidur dimalam hari. Entah apa alasan orang tua kita dahulu bercerita. Mungkin saja alasannya kalau bercerita, anak menjadi cepet tidur. Akan tetapi ternyata cerita orang tua untuk anak memiliki manfaat yang sangat banyak. Namun amat disayangkan di zaman kita ini, kebiasaan untuk bercerita oleh orang tua untuk anak mulai luntur. Ada yang alasannya sibuk, ada yang alasannya capek, ada yang alasannya males, padahal kalau dilihat-lihat ternyata orang tua sibuk mainan hp. Dan ternyata anaknya juga sibuk mainan hp. Sehingga sering kita temukan anak sampai larut malam memegang hp. Sehingga tidak jarang kita temukan anak tidur sambil memegang hp.

Mungkin maksud orang tua baik, supaya anak tidak rewel, supaya anak tidak ganggu, daripada rewel, sudah kasih hp sehingga orang tua tidak diganggu lagi oleh anaknya. Mungkin maksudnya baik. Tapi tidak setiap sesuatu yang diniati baik akan menghasilkan kebaikan. Tidak setiap sesuatu yang diniati baik akan menghasilkan kebaikan dan banyak penelitian yang membuktikan bahwa kegandrungan anak kepada hp ternyata lebih banyak efek buruknya dibandingkan baiknya.

Kalau bicara masalah kesehatan, mungkin domainnya para ahli kesehatan. Tapi kita sering membaca betapa banyaknya penyakit-penyakit yang ditimbulkan karena itu. Anak-anak kecil sudah memakai kacamata padahal masih kecil. Ternyata setiap hari melihat hp dalam jarak yang sangat dekat. Masih agak mending dahulu kita membaca buku. Sekarang hp itu bukan hanya masalah berdekatan dengan mata, tapi juga sinar yang dikeluarkan dari hp tersebut. Apalagi terkadang pencahayaan didalam kamar juga remang-remang. Akhirnya mata semakin rusak ketika mendapatkan radiasi dari cahaya yang ada di layar hp.

Belum lagi anak menjadi sulit untuk bersosialisasi dengan orang lain. Coba sekarang perhatikan, apa asiknya anak-anak duduk bareng satu meja masing-masing memegang hp? Tidak ada komunikasi di situ. Semuanya diam dan asik dengan hpnya. Akhirnya anak menjadi sulit untuk berbicara, sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain karena dia sibuk dengan hp yang ada di tangannya. Maka ketika orang tua memberikan hp kepada anak, walaupun maksudnya baik belum tentu hasilnya baik.

Dan saya tidak katakan anak tidak boleh pegang hp. Tapi yang menjadi masalah adalah ketika anak kecanduan hp. Iya kalau misalnya yang membuat kecanduan adalah sesuatu yang tidak diharamkan oleh agama kita. Tapi bagaimana seandainya yang membuat anak kecanduan adalah sesuatu yang diharamkan oleh agama kita? Berapa banyak anak-anak yang rusak karena nonton sesuatu yang tidak layak ditonton? Tontonan porno yang ada didalam hp karena internetnya online terus, naudzubillah min dzalik, website-website yang belum diblokir. Dan itu merusak anak-anak. Sehingga jangan heran ketika ada anak SD memperkosa anak TK. Karena memang itu yang mereka tonton. Sehingga anak dewasa sebelum waktunya, syahwatnya bergejolak, nafsunya terus meledak-ledak. Hal ini karena yang ditonton seperti itu. Ini kadang-kadang tidak disadari oleh orang tua yang memberikan fasilitas tersebut kepada anaknya. Mending kalau misalnya orang tua mengawasi apa yang dilihat oleh anaknya lewat hp. Terkadang orang tua tidak mengawasi, nggak peduli.

Bahkan terkadang anak sengaja memberikan password dengan fingerprint. Hal itu adalah supaya orang tua tidak tahu apa yang dilihat oleh anaknya di hp. Ternyata yang dilihat oleh sesuatu yang naudzubillah min dzalik merusak otak, agama dan juga merusak kepribadian anak. Maka para orang tua perlu untuk membiasakan bercerita untuk anak-anak kita. Dan manfaatnya sangat banyak.

Manfaat Kisah dan Cerita

1. Kesan anak kepada orang tua

Ketika orang tua itu bercerita maka akan meninggalkan kesan didalam hati anak kepada orang tuanya. Apa kesannya? Ketika orang tua cerita, apalagi seandainya orang tua pintar cerita, maka kesan yang ada didalam hati anak kepada orang tua adalah “Oh.. orang tua saya pintar.” Walaupun mungkin pintar cerita. Tapi ketika anak mendengar, melihat orang tuanya cerita, maka akan timbul kesan didalam hati anak kepada orang tua bahwa orang tua saya ini mempunyai pengetahuan yang luas. Nah kalau misalnya ada kesan itu didalam hati anak kepada orang tua, maka efek berikutnya adalah akan timbul kepercayaan. Anak percaya kepada orang tua. Kalau sampai anak sudah percaya kepada orang tua, ini luar biasa. Anak akan lebih mudah untuk diarahkan oleh orang tuanya. Karena anak percaya kepada orang tuanya.

Maka dari itu menumbuhkan kepercayaan dari anak kepada orang tua ini perlu dilakukan. Lunturnya kepercayaan anak kepada orang tua perlu dihindarkan. Kalau sampai anak tidak percaya lagi sama orang tuanya, akan sangat sulit proses pendidikan yang ada didalam rumah. Tapi sebaliknya, ketika anak memiliki kepercayaan kepada orang tuanya, anak percaya terhadap orang tuanya, ‘Orang tua saya pinter, orang tua saya wawasannya luas.’ Itu akan sangat mudah dengan izin Allah subhanahu wa ta’ala orang tua memberikan arahan kepada anak.

Salah satu cara untuk menimbulkan kepercayaan tersebut dari diri anak kepada orang tua adalah dengan cara cerita. Maka dari itu kalau bisa ceritanya juga cerita yang sumbernya jelas. Jangan cerita yang tadi saya katakan, kancil mencuri timun. Itu cerita yang tidak ada sumbernya atau tidak jelas sumbernya. Maka ketika orang tua cerita kepada anak tentang sesuatu yang logis, tentang kisah-kisah yang ada dalam Al-Qur’an, kisah yang ada dalam hadits Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka anak akan, “MasyaAllah orang tua saya tahu tentang Al-Qur’an, tentang hadits Rasul, tentang para sahabat”

Orang tua bisa mendapatkan cerita dari buku-buku cerita yang Islami. Saya ingat dahulu ketika saya masih kecil, saya sampai minta kepada bapak untuk membeli buku majalah-majalah anak. Saat itu kalau majalah anak didominasi bukan menjalah Islam. Bahkan terkadang disitu ada hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran Islam karena memang tidak ada bacaan saat itu. Sehingga saat itu saya minta kepada bapak untuk belikan. Dan majalah pada saat itu mahal. Maka yang dicarikan Bapak adalah ke toko buku-buku bekas. Akhirnya cari yang kiloan yang kira-kira murah. Ternyata tidak bertahan lama. Hanya berapa hari sudah selesai dibaca. Akhirnya tinggal bilang sama ibu agar dipinjamkan buku di perpustakaan sekolah. Ternyata satu hari membawa satu buku dan satu hari itu selesai. Besoknya mencari lagi, sampai terkadang pertama kali ibu datang, yang dibongkar tasnya mencari buku cerita. Padahal buku ceritanya bukan buku cerita Islami, karena memang saat itu adanya seperti itu. Sekarang, dizaman kita Alhamdulillah banyak buku-buku Islami. Penerbit berlomba-lomba untuk menerbitkan buku cerita untuk anak-anak yang jelas sumbernya.

Simak penjelasannya pada menit ke-18:28

Simak Penjelasan Lengkap dan Download mp3 Kajian Tentang Pembelajaran Anak di Rumah dengan Kisah dan Cerita


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/45576-pembelajaran-anak-di-rumah-dengan-kisah-dan-cerita/